Senin, 11 Januari 2010

PROPOSAL PENELITIAN

PROPOSAL PENELITIAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACVHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN PENGUSAAN KONSEP BIOLOGI POKOK BAHASAN SYSTEM EKSKRESI DI MTsN KARANG KENDAL KAB.CIREBON
Diajukan Untuk Memenuhi UAS
Mata Kuliah :MODEL PEMBELAJARAN
Dosen : Kartimi, MP
Disusun oleh
TARJO
NIM : 07460877


DEPARTEMEN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI( IAIN )SYEH NURJATI
PROGRAM STUDI IPA – BIOLOGI
CIREBON 2009

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACVHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN PENGUSAAN KONSEP BIOLOGI POKOK BAHASAN SYSTEM EKSKRESI DI MTsN KARANG KENDAL KAB.CIREBON
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salahsatu keharusan dalam kebutuhan yang sangat penting bagi setiap individu, didalam pendidikan proses belajar mengajar dan proses pembelajaran merupakan inti pendidikan yang didalamnya melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa yang pembelajar. Disini terjadi interaksi antara guru dengan sisswa dan siswa dengan siswa lain. Melalui proses belajar ini akantercapai tujuan pendidikan yaitu terjadi perubahan tingkah laku dan tercapainya hasil pembelajaran yang optimal. Disini guru berperan sangat penting dalam proses belajar mengajar. Surya (1981:27) mengemukakan bahwa : “belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian atau perubahan tingkah laku yangbaru, perubahan itu baik dalam perubahan kebiasaan dan pemahaman”.
Pandangan umum yang masih dianut guru dalam proses belajar mengajar sampai sekarang ialah bahwa dalam proses belajar mengajar, pengetahuan dialihkan dari guru kesiswa (transmisi). Pola pembelajaran ini menyebabkan aktivitas siswa dalam proses belajar pasif, sehingga proses pembelajran tidak merangsang siswa,kreatif dan memiliki kemampuan kerjasama dalam kelompok.
Fenomena kegiatan pendidikan masih jauh dari yang diharapkan, maka untuk menciptakan pendidikan yang baik, sudah saatnya guru harus menguasai model pembelajaran yang dapat mengembangkan ketrampilan berfikir siswa karena peran seorang guru sangat penting dalam meningkatkan kompetensi siswa.
Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara skematis dalam pengajaran yang dilaksanakannya untuk meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa da memperbaiki kualitas mengajar, tugas seorang guru tidak hanya sekedar mengajar (teaching) tetapi lebih ditekankan pada pembelajaran yang dikembangkan oleh guru masih berpusat pada guru sebagai penyimpan materi (Yushepa, 200:20).
Kecendrungan guru otoriter dan instruktif menjadi komunikasi satu arah, disini guru yang berperan aktif sementara sisiwa pasif hanya menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, ini berarti guru kurang memberi peluang dan kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya sehingga siswa menjadi pasif dan situasi ini bertentangan dengan siswa belajar aktif. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan terhadap model pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif Tipe STAD suatu model pembelajaran kreatif dan inovatif merupakan salah satu solusi yang efektif, dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses belajar sehingga memberi dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi antar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA-Bilogi dimana proses pembelajaran biologi ini biasanya banyak menuntut siswa untuk melakukan pembelajaran eksperimen dan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dituntut melakuakan belajar dengan kelompok , ini dapat mendorong siswa untuk mengaktualisasikan potensi dirinya secara optimal (Hamid Hasan:1996).
Menurut Lie (2002:41) dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok kecil yang heterogen, salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Student Team Achievment Division (STAD), yaitu suatu pembelajaran secara kelompok beranggotakan 4-5 orang, campur laki-laki , perempuan tingkat kemampuan yang berbeda.
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa selalu diberi motivasi untuk saling membantu dan membelajarkan teman sekelompoknya dalam memahami materi pelajaran dan selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang sulit, serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kreatif, dan mengembangkan sikap sosial siswa, pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah belajarnya.
Dengan kelebihan model pembelajran kooperatif tipe STAD, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam, penelitian ini diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad (Student Team Acvhievement Division) Untuk Meningkatkan Pengusaan Konsep Biologi Pokok Bahasan System Ekskresi Di Mtsn Karang Kendal Kab.Cirebon”.
B. Rumusan Masalah dan pertanyaan penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu
 Wilayah kajian
Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.
 Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam skripsi ini yaitu pendekatan kuantitatif, penelitian ini dilakukan di MTsN karangkendal
 Jenis masalah
Jenis masalah yaitu seberapa besar penguasaan konsep biologi pada pokok bahasan system ekskresi dengan belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.
1. Pembatasan masalah
a) Subjek penelitian adalah siswa kelas VII MTsN karangkendal kab. Cirebon
b) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran dimana menekankan siswa untuk bekerjasama tetapi pengelompokannya berdasarkan tingkat prestasi yang berbeda, penilaian dilakukan penilaian individu dan penilaian kelompok.
c) Pokok bahasan dalam pembelajaran biologi adalah “System Ekskresi”.
2. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan pertannyaan penelitian sebagai berikut:
a) Bagaimana efektivitas model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dalam meningkatkan penguasaan konsep?
b) Bagaimana penguasaan konsep pembelajaran siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dengan yang tidak menggunakan?
c) Bagaimana respon siswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan penguasaan konsep Biologi siswa SMP/MTs kelas VIII pokok bahasan syistem ekskrsi.
2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan penguasaan kondep biologi dengan belajar menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang tidak menggunakan model pembelajaran tipe STAD.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan modelpembelajaran.
4. Kooperatif tipe STAD dalam pelajaran biologi.

D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas,manfaat yang dapat disumbangkan bagi guru, siswa serta pihak yang berkepentingan, antara lain sebagai berikut:
1. Bagi siswa tipe pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat merangsang siswa berfikir kritis, inovatif dan membantu mengembangkan kemempuan dengan belajar bersama kelompoknya.
2. Bagi guru, dapat membantu atau mempermudah dalamproses pembelajaran dan tentunya dapat mengembangkan kemampuan siswa.
3. Bagi sekolah, pembelajaran kooperatif dapat memberikan sumbangan yangbersifat kritis dalam upaya meningkatkan kualitas nelajar IPA –biologi dan meningkatkan pembelajaran lainnya sehingga dapat menghasilkan output yangberkualitas

E. Kerangka Pemikiran
Guru merencanakan dan merancang kegiatanmengajar sesuai dengan program pengajaran, maka dari itu guru sebaiknya mengetahui metode, strategi dalam pembelajaran, supaya bahan atau materi pembelajaran yang disampaikan dan dapat dikuasai siswa dengan mudah, tugas dan peran guru sebagai tenaga pendidik yang profesional sangat kompleks tidak terbatas pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar disini tugas guru sebagai sadministrator, evaluator, konselor dan lain-lain sesuai dengan kemampuannya dan disini siswa merupakan target utama atau sasaran guru, seberapa besar siswa menguasai materi yang diajarkan tergantung pada guru pada proses pembelajaran.
Sekolah merupakan salah satu sarana pembelajaran, disinilah terjadinya proses KBM atau proses belajar mengajar, proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan disekolah disini terjadinya interaksi antara pendidik dan pesertadidik, interaksi ini bernilai edukatif dikarnakankegiatan beljar mengajar dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, untuk pembelajaran yang optimal disini guru harus dapat merancang model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan dan tentunya model ini dapat melatih berfikir siswa.
Model pembelajran coopertif learning tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang bertujuan mendorong siswa melakukankerjasama, salin membantu menyelesaikan tugas-tugas, dan menguasai danmenerapkan ketrampilam yang diberikan, menerapkan cooperatif larning tipe STAD menurut Salvin (1995:13) ada 5 langkah yaitu: pertama guru mempersiapkan rancangan pembelajaran, membuat satuan pembelajaran yang disesuaikan dengan model cooperatif learning tipe STAD.
Dimulai dengan penyajian materi, pembentukan kelompok tiap kelompok 4-5 orang siswa eterogen yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah dan jenis kelamin, kedua kegiatankelompok, dalam kerja kelompok siswa dibagi LKS sebagai bahan yang akan dipelajari. Untuk menguji prestasi siswa dilakukan tahap yang ketiga yaitu jketiga pengujian hasil belajar yaitu siswa diuji dengan tes tulis, kemudian dilanjutkan dengan kuis , dan tes akhir yaitu dengan diberikan pada saat selesai penyajianmateri dengan menggunakan model cooperatif learning tipe STAD (pos-tes) tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, post-tes dilakukan perindividu.
Keempat pengskoran individu setiap siswa memiliki kesempatan memberikan sumbangan nilai pada kelompok sesuai dengan nilai yang didapat pada post-tes, kelima penghargaan kelompok, setelah tahu kelompok mana yang mendapatkan dan mendapatkan nilai tertinggi dari data nilai yang diperoleh maka guru dapat melihat seberapa besar pengaruh model pembelajaran cooperatif learning tipe STAD terhadap penguasaan konsep biologi pada pokok bahasan system eksresi. Maka disini tujuan akhir pembelajaran yaitu siswa menguasai konsep Biologi, dan dibawah ini merupakan alur kerangka berfikir
Bagan kerangka berfikir










F. Hipotesis Penelitian
Arikunto (2002:67) menyatakan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara pada permasalahan penelitian sampai terbukti dengan melalui data yang terkumpul setelah penelitian dilakukan”. Agar dalam penguasaan konsep Biologi terutama pokok bahasan system ekskresi dapat tercapai dengan maksimal.
Dan setelah melakukan penelitian proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat terlihat dari hasil akhir yaitu penilaian post-tes, bahwa pada kelas eksperimen dengan diterapkannya model kooperatif tipe STAD ini nilai rata-rata postes lebih besar dibanding nilai rata-rata postes pada kelas kontrol dengan pembelajaran biasa.
Maka pada kelas eksperimen dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD penguasaan konsep biologi bagus maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:
Ha: adanya perbedaan penguasaan konsep pada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang belajar tidak menggunakan model kooperatif tipe STAD.












BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Hakikat Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat adanya latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya dilakukan oleh manusia seumur hidupnya, kapan saja dimana saja, baik di sekolah maupun di rumah dalam waktu yang sudah ditentukan. Namun satu hal yang pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh itikad dan maksud tertentu (Hamalik, 2001).
Piaget dalam Dimyati & Mudjiono (2006:13) berpandangan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan, maka fungsi intelek semakin berkembang. Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya.
Menurut Piaget, pengetahuan datang dari tindakan. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa aktif anak memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi terpisah, namun lebih merupakan pengkonstruksian oleh siswa untuk memahami lingkungan mereka. Dalam pembelajaran biologi, guru seharusnya hadir sebagai fasilitator bagi siswa dalam mengkonstruksi pemahaman pengetahuannya. Belajar biologi dapat menjadi daya tarik siswa jika penyajiannya melibatkan siswa secara aktif baik dari mental maupun fisik dan bersifat nyata (kontekstual).
Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap berpikir siswa. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran yaitu siswa hendaknya diberi peluang untuk berbicara dan diskusi dengan teman-temannya (Akhmad Sudrajat, 2008) (on line)
Menurut Skinner, belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respon yang tercipta melalui proses tingkah laku (Dimyati&Mujiono, 2006). Belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003).
Dalam konteks merangsang belajar, konsep belajar ditafsirkan berbeda-beda. Belajar dalam hal ini dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu. Dengan maksud agar proses belajar dan prestasi belajar yang dicapai dapat terkontrol dengan baik. Guru dengan sengaja menciptakan kondisi atau lingkungan yang menyediakan kesempatan belajar siswa untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat memberikan hasil yang diinginkan. Hal ini dapat diketahui melalui system penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan.

B. Motivasi Beajar
Selama berbuat dan bertingkah laku seseorang tentu mempunyai suatu tujuan atau dengan kata lain seseorang melakukan sesuatu mempunyai motivasi tertentu. Begitu juga dengan siswa dalam belajar memerlukan motivasi secara terus-menerus untuk memusatkan pikiran dan perhatiannya kepada materi atau bahan-bahan yang diberikan kepada mereka. Belajar yang efektif adalah belajar yang cukup memperoleh motivasi dari guruyang mempunyai kepribadian dinamis, yang tercermin dari sikap dan minatnya.
Motivasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, siswa yang didorong oleh motivasi intrinsik akan belajar karena ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar tersebut seperti menambah wawasan dan pengetahuan, sedangkan siswa yang didorong oleh motivasi ekstrinsik dia belajar bukan untuk menambah wawasan dan pengetahuannya, akan tetapi untuk mencapai tujuantujuan diluar perbuatan belajar tersebut. Siswa yang didorong motivasi intrinsik mempunyai tujuan antara lain: ingin menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, ahli dalam bidang studi tertentu dan sebagainya. Tanpa belajar seseorang tidaklah mungkin menjadi ahli dalam bidang tertentu (Wongkeban, 2008) (on line)
Motivasi dan hasil belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat (Hamzah,2008 : 23).
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya terdapat beberapa indikator meliputi: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cata masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6)adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik (Hamzah,2008:31)
Siswa yang termotivasi belajar dapat terlihat dari tingkah laku dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Anderson dan Faust dalam Ellyana (2007) yang menyatakan motivasi belajar dapat terlihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi dan fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal perasaan bosan, apalagi menyerah. Sebaliknya terjadi pada siswa yang memiliki motivasi rendah. Mereka menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar kegiatan belajar.
Menurut Suciati (2006) ada empat hal yang menunjukkan siswa termotivasi dalam belajar yaitu:
1. Perhatian
Perhatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu itu perlu mendapat rangsangan. Jika siswa termotivasi, mereka akan memusatkan perhatian pada kegiatan pembelajaran yang lebih besar.
2. Relevansi
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa.
3. Percaya diri
Siswa merasa dirinya berkompeten atau mampu yang merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positip dengan lingkungannya
4. Kepuasan Keberhasilan di dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan.
Motivasi belajar siswa dapat diidentifikasikan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Adapun mengukur motivasi berdasarkan indikator motivasi yang dapat diamati yang terdiri atas 4 aspek yaitu (1) frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa, (2) perhatian, (3) kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan tugas, (4) peningkatan sumber belajar yang dimanfaatkan oleh siswa (Soeharto, 2003)

C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu puncak proses belajar, yang dipengaruhi oleh proses-proses penerimaan, keaktifan, pra pengolahan, pengolahan, penyimpanan serta pemanggilan untuk pembangkit pesan dan pengalaman (Dimyati&Mudjiono, 2006). Prestasi belajar dapat dipandang sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat diukur dan hasil pengukurannya berupa skor atau angka yang merupakan gambaran dari hasil proses pembelajaran. Seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang menyebabkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang diharapkan dalam penerapan model pembelajaran STAD ini berasal dari interaksi sosial, dimana siswa saling bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan anggota kelompoknya, sehingga dihasilkan suatu keadaan dimana siswa yang awalnya tidak tahu akan menjadi mengerti.
Ridwan (2007) (on line) mengemukakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri siswa Faktor intern meliputi kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ekstern meliputi bahan pelajaran, metode mengajar, media pendidikan dan situasi lingkungan. Kedua faktor tersebut memiliki peranan penting di dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa, dimana faktor intern merupakan faktor utama dan faktor ekstern merupakan faktor pendukung dalam perbaikan proses dan prestasi belajar.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport (Ridwan:2008) (on line).
Prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan modelpembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
1.Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.
a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
d) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
2. Ciri Pembelajaran Kooperatif
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
c) Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
3. Sintaks Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 1 seperti berikut.
Tabel 1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah Indikator Tingkah laku guru
Langkah 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembe lajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
Langkah 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar
Guru menginformasikan pengelom-pokkan siswa
Langkah 4
Membimbimg kelompok belajar Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar
Langkah 5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan
Langkah 6
Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok

Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
a) Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b) Guru menyajikan pelajaran.
c) Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota anggota kelompok
d) Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f) Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi.
g) Guru memberikan evaluasi.
h) Penutup.


Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis. Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Skor Kuis Poin peningkatan
Lebih dari 10 point di bawah skor dasar
1-10 point di bawah skor dasar
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar) 5
10
20
30
30
Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar
(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 3 berikut.
Kriteria Nilai Perkembangan
Excellent
The best teams
Good teams
General teams 22,6 – 30
15,1 – 22,5
7,6 – 15,0
≥7,5
(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)


E. Tujuan, Kelebihan Dan Kekurangan Kooperatif Tipe STAD
Tujuan model pembelajaran kooperaif Tipe STAD adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Adapun keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif Tipe STAD adalah :
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penelitian mengenai suatu masalah.
• Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
• Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan sebagai individu serta kebutuhannya dalam belajar.
• Siswa lebih aktif bergabung dengan teman mereka dalam pelajaran, mereka lebih aktif berpartisipasi dalam berdiskusi.
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa, dimana mereka telah saling bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
pembelajaran kooperatif Tipe STAD juga mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain sebagai berikut :
• Kerja sama kelompok seringkali hanya melibatkan kepada siswa yang mampu, sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan kepada mereka yang kurang mamapu.
• Strategi ini kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.
• Keberhasilan strategi kelompok ini bergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri.
F. Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep biologi secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Pengajaran Biologi yang disajikan dengan model pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas bersama. Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan. Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan melatih siswa untuk menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati.
Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran biologi yang disajikan dengan dengan penerapan model pembelajaran STAD akan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

G. Penguasaan Konsep Biologi
Konsep menurut Dahar Will (1994:15) konsep adalah suatu absraksi yangmewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian kegiatan-kegiatan, ataupun hubungan yang mempunyai atribut yang sama, macam-macam konsep menyarankan bahwa konsep dapat berbeda-beda dalam tujuh dimensi: atribut setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yangberbeda-beda atribut itu relevan dan tidak relevan, struktur menyangkut secara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu struktur ada tiga macam yaitu: konsep konjungtif, konsep disjungsip, konsep relasion.

H. Materi Eksresi Pada Manusia
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang tidak dipergunakan lgi oleh sel darah yang dikeluarkan bersama air kemih, keringat, dan pernafasan. Manusia mempunyai system pengeluaran dengan berbagai alat, alat pengeluaran pada manusia terdiri dari ginjal, paru-paru, kulit dan hati berikut akan dibahas masing-masing alat pengeluaran pada manusia.
Ginjal (Ren) manusia mengeluarkan sebagian zat sisa bahan limbah yang mengandung nitrogen dalam bentuk urea, walaupun demikian urea dan garam dalam kadar pekat melalui urin, dalam ginjal terjadi pembentukan urin prosesnya dimulai filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi, terdapat tipe-tipe ginjal yaitu protonefros, mesonefros dan metanefros, struktur ginjal terbentuk seperti kacang merah, panjangnya 10 cm, warna merah jumlah sepasang terletak dibagian dorsal dinding tubuh belakang berat total 0,5% dari berat badan dan setiap menit 20-25% darah yang dipompa jantung mengalir keginjal, bagian ginjal terdiri dari kortesbagian(luar), medula (bagian dalam) dan pelvis(rongga ginjal).
Paru-paru (pulmo) manusia berfungsi dalam siste pengeluaran, paru-paru manusia berjumlah sepasang pada dasarnya fungsi paru-paru adalah sebagai alat pernafasan, namun peran tersebut juga erat hubungannya dengan system ekskresi hal ini dikarenakan carbon dioksida dan air merupakan hasil proses metabolisme dijaringan yang diangkut melalui darah, akhirnya akan dibawa keparu-paru untuk dibuang dengan cara difusi dialveolus, sebesar 75% carbon dioksida diangku dalam plasma darah dan sisa 25% diikat oleh HB, namun akhirnya karbon dioksida dan air akan dikeluarkan melalui udara yang dihembuskan.
Hati (hepar) merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan dibawah diafragma, hati sebagai alat ekskresi menghasilkan empedu, empedu ini berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua, fungsi hati menetralkan racun, mengubah provitamin D menjadi vitamin D, mengbah glukosa menjadi glukogen.
Kulit berfungsi sebagai alat ekskresi karena adanya kelenjar keringat yang terletak di lapisandermis. Kulit manusia terdiri atas epidermis tersusun atas lapisa malpigi berfungsi menahan gesekan dari luar mengandung pigmen melanin yang memberi warna kulit dan dermis merupakan lapisan pembuluh darah, akar rmbut, ujung daraf, kelenjar keringat. Jadi fungsi kulit sebagai alat ekskresi adalah sebagai organ pengeluaran keringat, penerima rangsang, pelindung tubuh dari berbagai kerusakan diluar tubuh.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat
Tempat yang dijadikan tempat penelitian adalah MTsN karangkendal kecamatan kapetakan kabupaten cirebon.
Waktu penelitian yang akan penulis tempuh adalah pada semester 2 tahun ajaran 2009-2010, tepatnya bulan februari-bulan april.
B. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa tes tulis post-tes dan pretes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yaitupengusaan konsep biologi pada pokok bahasan system ekskresi, angket dan pedoman observasi digunakan untuk mengukur untuk mengukur respon siswa terhadap penggunaan model pembeljaran kooperatif tipe STAD dalam pelajaran biologi khususnya pada pokok bahasan system ekskresi.
Adapun langkah-langkah penyusunan tes dan angket dimulai persiapan, penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian, penyusunan aitem instrumen, konsultasi dengan dosen pembimbing, penyempurnaan instrumen dan pengesahan instrumen.
1. Testertulis yaitu pretes dan postes, tes ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar penguasaan konsep biologi ketika sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, tes awal (pretes) bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol , sedangkan tes akhir (post-tes)dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa pada dua kelas tersebut setelah diberiperlakuakn yang berbeda dalam proses belajar mengajar, dan untuk tes tertulis ini dibuat 20 butir soal dalam bentuk pilihan ganda dengan 4 alernatif jawaban, sebelum instrumen tes hasil belajar digunakan dalam penelitian, maka instrumen tersebut diuji cobakan tujuan untuk mengetahui gambaran tentang terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat instrumen sebagai alat pengumpulan data yang baik, kemudian divalidasi, direvisi, dan validasi ahli, kemudian soal ini digunakan untuk penelitian.
2. Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab baik langsung maupun tudak langsung, pedoman ini dibuat untuk menyaring konsepsi awal berkaitan dengan pokok bahasan system ekskresi secara mendalam.
3. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan kegiatan yang sedang berlangsung.
4. Angket adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa daftar pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang disampaikan pada responden untuk dijawab secara tertulis pada kelas eksperimen untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, angket sebanyak 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban alternatif, antara lain sangat setuju (SS), setuju(S), kurang setuju(KS), tidak setuju(TS), sangat tidak setuju (STS)(yatim Riyanto 2001:87)

C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:.
a. pretest
Yakni dengan menghubungkan secara langsung dengan menggunakan teknik pretest sebagai alat sumber pengumpulan data. Ataupun sebagai alat pengukuran sejauh mana siswa menguasai konsep materi yang akan diajarkan sebelum melakukan KBM.
b. Post-tes
Yakni tes akhir yaitu dengan diberikan pada saat selesai penyajianmateri dengan menggunakan model cooperatif learning tipe STAD (pos-tes) tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, post-tes dilakukan perindividu.
c. Wawancara
merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab baik langsung maupun tudak langsung, pedoman ini dibuat untuk menyaring konsepsi awal berkaitan dengan pokok bahasan system ekskresi secara mendalam.
d. Angket
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa daftar pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang disampaikan pada responden untuk dijawab secara tertulis pada kelas eksperimen untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
e. Observasi
Yakni pengumpulan data dimana peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian( sebagai guru) agar memperoleh data yang objektif.

D. Teknik Analisis Data
Sebelum instrumen tes digunakan maka insrument tersebut terlebih dahulu diujicobakan, uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat instrumen sebagai alat pengumpulan data yang baik, sehingga instrumen ini dapat digunakan dalam penelitian, dan instrumen ini dapat digunakan atau uji cobakan pada siswa kelas IX MTsN karangkendal kecamatan kapetakan kabupaten cirebon, adapun kriteria yang diujicobakan terhadap instrumen penelitian yaitu soal tes tertulis adalah sebagai berikut

a. Validitas
Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi, maksudya adalah bahan yang diberikan, di uji atau dites relevan dengan kamampuan, pengetahuan, penjelasan, pengalaman atau latar belakang orang yang akan diujikan.
Suharsimi Arikunto (2002:72) mengatakan bahwa sebuah instrumen valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur suatu tujuan tertentu yang bentuknya sejajar dengan materi dan sesuai dengan kurikulum.
Dan untuk menghitung validitas suatu butir soal, digunakan rumus product moment yaitu sebagai berikut:

rxy =

Dimana:
rxy = tingkat validitas
X = skor variabel
Y = skor total
N = banyaknya subjek yang diuji

Setelah memperoleh nilai rxy kemudian dibandingkan antara nilai rxy dengan rtabel , jika nilai rxy lebih besar dari rtabel maka soal tersebut dikatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga validitas tes prestasi bentuk soal nomor 1 adalah 0,33 maka interprestasi dari harga tersebut adalah rxy< rtabel, sehingga dapat disimpulkan untuk soal nomor 1 adalah tidak valid
b. Realibilitas
Realibilitas instrumen adalah ketepatan dalam menilai apa yang hendak dinilai atau diukur, Realibilitas artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan, instrumen dapat dikatakan mempunyai realibilitas apabila dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, realibilitas doal dapat dihitung dengan metode belah dua (ganjil-genap) setelah dilakukan pengujian dengan product moment menggunakan program SPSS10.0 for windows.
c. Analisis butir soal
Analisis butir soal dapat dilakukan dengan menghitung daya pembeda dan tigkat kesukaran.
1. Daya pembeda
Daya pembeda adalah soal adalah fungsinya untuk membedakan antara soal yang mempunyai kriteria buruk, baik dan sangat baik.
Dalam menggunakan daya pembeda digunakan rumus:
DP = X 100%
Dimana:
DP = indeks daya pembeda satu butir soal tertentuu
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
NA = jumlah siswapada salah satu kelompok A dan B
Sedangkan untuk meghitung tingkat kesukaran digunakan Rumus:
TK=
Dimana:
TK = Indeks kesukaran satu butir soal tertentu
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
NA = jumlah siswa pada kelompok A (atas/unggul)
NB = jumlah siswa pada kelompok B (bawah /asor)
Dalam analisis butir soal terdapat beberapa kriteria,yaitu sebagai berikut:
Negatif 9% = sangat buruk harus dibuang
10% -19% = buruk, sebaiknya dibuang
20% - 29% = agak baik, kemungkinan perlu direvisi
30 % -49% = baik
50% = sangat baik
Untuk tingkat kesukaran :
0% -15% = sangat sukar
16% -30% = sukar
31% - 70% = sedang
71% -85% = mudah
86% - 100% = sangat mudah, sebaiknya dibuang
Setelah diperoleh kriteria soal yang baik dengan uji instrumen soal tes tertulis tersebut, maka soal kemudian di validasi ahli (pembimbing dan guru pamong biologi) dan dipergunakan untuk soal pre-tes dan post-tes.
Nilai pre-tes dan post-tes kemudian dianalisis dengan dua cara, yaitu:
a. Uji asumsi, yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas data.
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah sekumpulan data tergolong parmetris atau non-parametrissedangkan uji homogenitas adalah untuk menentukan apakah dua data berasal dari populasi dengan variasi yang sama atau tidak.
b. Uji hipotesis
Dalam penelitian ini data dianalisis dengan uji t yakni untuk melihat perbedaan antara siswa yang menggunakan mnemonic dan yang tidak menggunakannya.
Untuk mempermudah analisis data ini, maka semua uji hipotesis dan uji asumsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 10.0 for windows dan program microsoft Excel 2000.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dijalankan bertahap guna mempermudah arah penelitian dan penelitian ini dilaksanakan beberapa tahap yaitu:
1. Tahap persiapan, dalam tahap ini penyusun mulai membuat proposal penelitian, kemudian proposal diseminarkan diprodi, diperbaiki, kemudian proposal diseminarkan dijurusan study pendahuluan ketempat penelitian guna mengetahu keadaan sekolah yang akan dijadikan penelitian, peneliti mendaptarkan diri kejurusan untuk mendapatkan SK penelitian.
2. Tahap pengumpulan data pada tahap ini meliputi berbagai kegiatan mulai dari penyusunan instrumen penelitian, studi pokok bahasan, studi penguasaan konsep, studi model pembelajaran kooperatif tipe STAD, analisis pokok bahasan, perumusan pembelajaran, deskripsi alat evaluasi, validasi ahli dan rancangan bahan ajar.
3. Tahap uji coba penelitian, tahap ini penulis melakukan uji coba rancangan bahan ajar dengan menggunakan strategi belajar yang telah dibuat kemudian diawali pengajaran memberi tes awal dilanjutkan diakhir pembelajaran penulis mengadakan tes akhir pada siswa.
4. Tahap analisis data, tahap ini penulis melakukan analisis data yang diperoleh dari tes awal pretes, dan tes akhir postes diuji peningkatannya, dan analisis pedoman observasi, angket dan pedoman observasi.
5. Tahap pembuatan laporan merupakan tahap akhir pembuatan laporan untuk dimasukan dalam hasil dan pembahasan.



DAFTAR PUSTAKA

 Akhmad Sudrajat. 2008. Teori-teori Belajar, (on line), http : // www.wordpress.com, diakses 6 Januari 2010.
 Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
 Dimyati & Mujiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
 Karuru, Perdy. 2007. STAD untuk Pembelajaran IPA, (on line), http : // www.wordpress.com, diakses 6 Januari 2010.



Lampiran
SKENARIO PEMBELAJARAN/RPP
Tingkat pendidikan : SMP?MTsN karangkendal
Mata pelajaran : IPA-biologi
Kelas / semester : VII/II
Materi pokok : system ekskresi
Metode : ceramah, memotivasi, diskusi kelompok
Model pembelajaran : kooperatif tipe STAD
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan : pertama

1. Standar Kompetensi
Mengkaitkan hubungan antarza setruktur dan fungsi beberapa system organ pada manusia dan vertebrata dengan lingkungan dan teknologi dan masyarakat.
2. Kompetensi Dasar.
Mendeskripsikan system ekskresi pada manusia dan hubungannyandengan kesehatan.
3. Indikator.
a. Siswa mengerti apa yang dimaksud dengan ekskresi
b. Siswa mengetahui organ-organ yang berperan dalam system ekskresi.
c. Mendeskripsikan fungsi system ekskresi.
4. Materi Pembelajaran.
a. Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat-zat sisa tubuh, yaitu zat yang tidak diperlukan lagi, zat ini berbentuk cairan contohnya urin, air, keringat.
b. System ekskresi dibagi menjadi, ada system ekskresi pada manusia, system ekskresi pada vertebrata, dan system ekskresi pada invertebrata.
c. System ekskresi pada manusia prosesnya sisa-sisa metabolisme diserap dari darah, kemudian diproses dan akhirnya dikeluarkan lewat organ-organ ekskresi, organ yang berperan dalam ekskresi manusia diantaranya adalah paru-paru, hati, ginjal dan kulit.
d. Sedangkan invertebrata alat-alat ekskresinya masih sangat sederhana bahkan ada yang mengekjresikan sisa metabolismenya secara difusi dari seluruh permukaan tubuh.
5. Strategi Pembelajaran
a. Pendahuluan.

1. Memotifasi siswa, mengajak siswa untuk mengembangkan mengetahuan awal(mengkonstruk).

b. Kegiatan inti.
1. Menyampaikan materi tentang ekskresi
2. Menjelaskan organ yang berperan dalam system ekskresi
3. Menjelaskan fungsi dari pada syistem ekskrei.
4. Membentuk kelompok, siswa dibagi menjaditiga kelompok bear.
5. Kemudian setiap kelompok mendapat tugas yaitu mendiskusikan tentang ekskresi pada manusia, vertebrata dan invertebrata.
6. Kemudian setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusinyta, dipersentasikan didepan kelas dan kelompok lain memberi pertannyaan kepada kelompok yang sedang persentase.
7. Guru menguji prestasi belajar siswa dengan tes tertulis (pre-tes) dan tes kuis.
8. Guru menguji prestasi belajar siswa dengan tes tertulis (kuis).

c. Penutup.
1. Dan akhirnya dengan klasifikasi tentang materi yang sudah disampaikan, memberikan pertanyaan dan penyampaian ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan materi sel.

d. Media pembelajaran.
1. Charta organ-organ yang berperan dalam system ekskresi.
2. Buku, CV, shinhunana, focus, buku ajar biologi, kurikulum 2004.

e. Penilaian
1. Ketika belajar kelompok, postes dan kuis.



SKENARIO PEMBELAJARAN/RPP
Tingkat pendidikan : SMP?MTsN karangkendal
Mata pelajaran : IPA-biologi
Kelas / semester : VII/II
Materi pokok : struktur organ dan kelainan penyakit system ekskresi.
Metode : ceramah, memotivasi, diskusi kelompok
Model pembelajaran : kooperatif tipe STAD
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan : kedua

1. Standar Kompetensi
Mengkaitkan hubungan antarza setruktur dan fungsi beberapa system organ pada manusia dan vertebrata dengan lingkungan dan teknologi dan masyarakat.
2. Kompetensi Dasar.
Mendeskripsikan system ekskresi pada manusia dan hubungannyandengan kesehatan.
3. Indikator.
a. Dijelaskan organ-organ yang berperan dalam system ekskresi
b. Siswa mengetahui organ-organ yang berperan dalam system dan kelainan penyakit dan kesehatan pada organ ekskresi pada manusia.
c. Siswa mengtahu bentuk dan struktur organ yang untuk ekskresi.
4. Materi Pembelajaran.
a. Ginjal pada system ekskresi manusia, organ yang berfungsi bagi manusia sebagai tempat pengeluran sisa-sisa metabolisme yang diserap oleh darah kemudian diproses lalu dikeluarkan melalui ginjal, ginjal merupakan alat ekskresi utama, struktur ginjal manusia berbentuk seperti kacang merah panjang 10 cm, jumlah sepasang, berat0,5% berat badan, dalam ginjal terjadi penyaringan darah merah, kelainan penyakit yaitu diabetes melitus.
b. Hai merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh manusia , terletak di dalam rongga sebelah kanan dibawah diafragma, berat hati kira-kira 2 kg hati menghasilkan empedu, fungsi lain hati diantaranya mengatur kadar gula dalam darah, mnetralkan tepat mengubah propitamin A menjadi vitamin A.
c. Paru-paru merupakan alat pengeluaran ekskresi yang berfungsi untuk mengeluarkan karbon dioksida dan uap air, letaknya didalam rongga dada, jumlahnya dua buah kiri dan dikanan jantung.
d. Kulit merupakan organ ekskresi pada manusia, bagian kulit ada epidermis, letak dibawah lapisan tanduk terdiri atas sel-sel hidup, fungsi kulit diantaranya menjaga mengatur suhu tubuh, melindungi tubuh dari cahaya matahari, sebagai indera peraba, sebagai tempat menyimpan lemak, tempat pembentukan vitamin D, kelainan penyakit yaitu kanker kulit, alergi.
5. Strategi Pembelajaran
a. Pendahuluan.
1. Apersepsi memberikan pertanyaan tentang materi yang telah disampaikan pada pertemuan pertama.
2. Motivasi, diperlihatkan torso organ-organ yang berperan dalam system ekskresi manusia.

b. Kegiatan inti.
1. Menjelaskan fungsi organ seperti ginjal, paru-paru, hati dan kulit, dan struktur atau bagian-bagian organ tersebut dan memperjelas penyakit dan kelainan pada organ-organ system ekskresi.
2. Pembentukan kelompok, setiap kelompok mendapatkan gambar salah satu organ dan tidak ada bagian-bagian organ tersebut, dan kertas bagian-bagian tersebut.
3. Lalu siswa disuruh menempelkan kertas pada gambar organ berdasarkan diskusi kelompok..
4. Kemudian kelompok membacakan hasil yang telah mereka kerjakan..

c. Penutup.
1. Menyimpulkan kegiatan yang telah dilaksanakan.

d. Media pembelajaran.
1. Torso organ-organ ekskresi,buku biologi, Erlangga kurikulum 2004.

e. Penilaian
1. Keaktifan siswa,tes kuis